Saturday, November 14, 2009

Aku dan Dia #1

Hahahaa...
Kemudian aku bertanya “Memangnya kita mau menikah apa?”
Dia terdiam seribu bahasa.
Keterbukaan yang ada lambat laun menutup kembali. Aku salah. Pertanyaan itu salah. Sial, kenapa harus ku lontarkan pertanyaan itu. Aku meminta maaf padanya. Ku katakan untuk melupakan segala hal yang sudah kami bicarakan malam ini. Lalu telepon terputus karena jaringan sinyal yang buruk.

Selesai sudah.
Sebenarnya pertanyaan itu serius. Reaksi yang ditimbulkan dari pertanyaan itu pastilah serius juga.Sebuah analisa terhadap hubungan yang sedang aku jalani saat ini. Hasilnya...ternyata dia sama saja seperti yang lain. Mereka yang selalu berkelit dengan beribu alasan bila pertanyaan itu meluncurdari bibirku. Namun yang satu ini dengan diam seribu bahasa pun aku sudah tahu jawabannya. Makadari itu aku salah. Aku pikir dia adalah yang terakhir untuk ku. Aku salah. Nampaknya aku harus memulai semuanya dari awal dengan yang lain lagi.

Sampai kapan?
Aku berhubungan dengan pria tidak dengan tujuan menikah. Maksudnya bukan tidak mau menikah tetapi itu menjadi prioritas paling akhir setelah segala sesuatunya diketahui dengan baik. Hanya saja setiap kali aku menanyakan perihal pernikahan (yang mana aku sendiri bertanya untuk iseng-iseng) yang aku dapat adalah kekosongan. Secara tidak sadar terbentuk opini di kepalaku yang menyatakan
bahwa laki-laki hanya mau berhubungan serius denganku tapi tidak untuk pernikahan. Serius yang berarti menjaga satu sama lain dengan kepercayaan dan tanggung jawab. Aku sudah lalui hal ini berulang kali. Gemas rasanya bila sudah cocok satu sama lain tapi ketika sampai di topik rawan itu yang terjadi adalah kehancuran. Rasanya tak sanggup lagi diriku.

Dilematis.
Itu yang aku rasakan sekarang dengan yang satu ini. Di satu sisi aku berpikir aku harus meninggalkannya karena dia tiada beda dengan yang lainnya. Namun sisi lain menyatakan aku harus mempertahankan hubungan ini karena kami benar-benar cocok satu sama lain. Tiada bandingannya dengan yang lalu-lalu aku jalani. Dia yang terbaik. Aku dan dia benar-benar yang terbaik. Kenapa dia tidak mau membuatnya menjadi lebih baik. Memang tidak ada yang sempurna karena kesempurnaan harus diusahakan walau kembali lagi kepada sebenarnya tidak ada yang sempurna.

(November 14th 2009, 04.29 am)

Wednesday, November 11, 2009

Whitey's Song

Rise in the morning
Step down the stairs
He must be hiding
But there he looks so beautiful

Kick the starter on, he refused
Need a little time
To kick it again
And there he goes...

With low speed he rolls
Through the traffic jam
Where people scream and swear
And there he rolls with all his pride

Suddenly he broke down
Ooh no it's another burning fuse
Call the lover, burn some cigs and read a prayer

Nearly dawn going back
Sat him in the royal chair
Wash him up a little bit
We're ready to sleep

Tuesday, November 3, 2009

Sampai Nanti

ku ingin selalu denganmu kemana saja kita berduaseakan tiada terpisahkan tapi tak mungkin saat ini
sekarang masih banyak mimpi dan keinginan yang belum tercapai
biarlah rasa rindu ini kita pendam untuk sementara

tak pernah ku ragu padamu atau curiga kau khianati
ku sangat percaya padamu seperti juga kau percaya aku

pulanglah dulu kerumahmu bagi waktumu untuk yang lain
kuingin kau hanya untukku tapi tak mungkin saat ini

sampai nanti
sampai bertemu lagi


(BIP)

Sunday, November 1, 2009

Whitey Wanderlust


Whitey Wanderlust aka Putih


Touring backpacking!!
Going to rumble on November.

Kawan-kawan setanah air sebangsa senegara yang berbahasa satu bahasa Indonesia,
sebuah perjalanan akan saya lakukan demi memuaskan hasrat berjalan-jalan saya.
Juga untuk menyukseskan program Visit Indonesia yang diselenggarakan oleh Depbudpar kita yang mulia itu.
Sukseskan Indonesia.
Sukseskan jalan-jalan saya bersama Putih.
Hidup Bahagia Sejati dan Putih.

Mimpi Malam Ini

Malam ini hujan.
Aku dan secangkir susu coklat serta sebungkus rokok yang tak kunjung ku bakar. Menulis sekerat mimpi dalam tidur. Aku dan hujan, hujan dan aku. Aku yang merindukan hujan layaknya merindukan kekasih. Aku menghindari matahari layaknya aku menghindari kenyataan. Aku selalu berharap hujan turun setiap hari supaya aku tidak perlu kemana-mana. Aku akan menghabiskan hariku di rumah, di kamarku yang kecil namun penuh kehangatan yang tidak dirasakan oleh orang lain. Kadang menonton TV kemudian termenung meringkuk di dalam selimut.Aku akan membayangkan kesibukan orang di jalanan di tengah terpaan hujan. Pasti mereka menggerutu karena jalanan macet dan itu membuat mereka terhambat mencapai apa yang mereka inginkan. Aku tertawa dalam hati karena aku tidak memiliki tujuan apa-apa. Aku hidup untuk hari ini dimulai dari aku membuka mata hingga ku menutup mata di malam hari. Akulah si pecundang kehidupan yang tak mampu melakukan apa-apa. Hanya bisa berharap tanpa berusaha. Untuk itu aku selalu berdoa agar Tuhan menurukan hujan setiap hari agar aku dapat terus meringkuk di dalam selimutku dan terisolasi dari dunia luar. Aku belum sempat memeriksakan diriku ke dokter ahli kejiwaan tapi aku merasa aku mengalami kelainan pribadi. Aku tidak gila. Hanya saja aku terlalu datar untuk hidup ini. Dunia butuh orang yang dinamis dan aku tidak termasuk dalam bagian itu. Aku berada di kelompok minor. Tidak tertindas namun menindaskan diri sendiri. Aku selalu bertanya pada Tuhan pada saat turun hujan mengapa dia menjadikan aku seperti ini. Seperti manusia kardus yang hanya mengiba dan mengutuk kehidupan ini. Aku tidak gila. Hanya saja aku tidak suka dengan ambisi dan obsesi akan sesuatu karena aku terluka oleh mereka. Ambisi selalu membuatku terus berlari meski aku lelah dia tidak akan membiarkan aku berhenti. Obsesi membuatku tersiksa dengan segala harap dan khayal yang semakin lama semakin tidak masuk akal. Aku benci mereka berdua. Bila ada yang harus dibunuh malam ini maka ambisi dan obsesi yang akan aku bunuh. Aku tidak gila. Aku hanya tersiksa.

Aku merindukan hujan layaknya merindukan kekasih yang tak kunjung datang. Aku tahu hujan tiada pernah akan turun lagi. Aku telah kehilangan semua yang kusayang dan kucinta. Tuhan tak pernah iba padaku, aku selalu mengiba padaNya. Aku lelah. Aku dan hujan, hujan dan aku. Aku selalu mengharap hujan turun selama 365 hari terus-menerus. Secuil kesenangan di tengah kejamnya dunia.

Wednesday, October 21, 2009

Sekilas...

Beberapa hari terakhir ini disibukkan dengan segala hal yang tidak terpikirkan sebelumnya. Sampai akhirnya tercetus ide-ide brilian idealis yang sebenarnya bisa membunuhku. Semua akan coba dirangkai dengan baik dan manis agar berjalan dengan lancar.